Selamat datang di Blog Alfarish Blog yang menyediakan kisah kisah yang sangat luar biasa dan penuh hikmah, berilah komentar anda di setiap tulisan Selamat Membaca

Yahudi Menyembah Apa ?

Diantara perintah yang berhubungan dengan ibadah yaitu larangan untuk menyembah, larangan menyebut tuhan yahoweh dengan cara bermain-main, dan mensucikan hari sabbat. Perintah untuk tidak menyembah berhala nampaknya sulit mereka melaksanakanya atau mereka patuhi, karena masih banyak peningalan kepercayaan2 kuno atau pengaruh kepercayaan berbagai suku bangsa lain yang tidak begitu saja mereka tinggalkan. Seperti penyembahan terhadap patung anak lembu,kambing, atau anak dalam kandungan, seperti di sebut dalam taurat mereka. Yarub’an putra sulaiman sendiri pernah membuat dua buah patung sapi dari emas untuk di sembah oleh pendukung-pendukungnya supaya tidak susah payahlagi pergi ke Haikal. Satu abad setelah kematian Sulaiman, raja Ahab dan rakyatnya juga menyembah lembu. Mereka juga pernah menyembah ular, dan ular itulah yang sekarang menjadi lambing gerakan Free Masonry.[1]
Agama Yahudi lebih mengutamakan amalan di bandingkan keimanan, dan pada dasarnya agama itu yaitu cara hidup dan bukan merupakan akidah atau kepercayaan. Menurut pemikiran Yahudi menetapkan bahwa tiap-tiap ganjaran itu menurut amalan (perbuatan) dan bukan menurut keyakinan atau kepercayaan, dan bahwasanya manusia itu sama saja, yang membedakan yaitu amalan mereka.[2]
Jenis-jenis peribadatan mereka hampir sama dengan islam dalam artian mereka juga mengenal sembahyang, korban, puasa, khitan dan lain sebagainya. Pada saat ini makalah yang akan kami bahas yaitu sepintas mengenai ibadah sembahyang  dan puasa dalam agama yahudi.[3]
1.      Sembahyang dan Doa
Penganut yahudi melakukan sembahyang 3 kali sehari setiap jam 9, 11, dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud di tetapkan 3 sembahyang dalam sehari semalam dengan sembahyang pagi, siang dan malam. Pada waktu tegak berdiri mereka mengawali dengan “tefillah” atau “amidah” dan mengucapkan selawat 19 kali. Amidah sering di dahului  dengan “shema” atau Syahadah pertama Yahudi, di lanjutkan dengan pujian terhadap Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib” atau doa wajib. Sembahyang  mereka bias di lakukan sendirian maupun bersama (berjamaah) yang biasanya di lakukan di tempat yang di sebut Sinagon, serta kiblatnya ke Baitul Maqdis.
Doa yang mereka lakukan yaitu mengangkat kedua tanggan ke arah langit sambil beriri, ada juga yang sambil duduk berlutut.[4]
Tempat senmbahyang mereka ketika berada di mesir, sebelum kitab Taurat, Penganut israel bersembahyang di rumah-rumah mereka masinh-masing atau di suatu tempat khusus untuk bersama.
Setelah berada di gurun sinai, turun kitab Taurat, kemudian mereka bersembahyang di dalam khaimah besar yang khusus untuk bersembahyang, luasnya kira-kira 100x50 hasta (32x16 mater). Khaimah ini mereka bawa kemana saja mereka pindah.
Di zaman Nabi Sulaiman memerintah, setelah baitul maqdis selesai didirikan, maka tempat sembahyang mereka berpindak ke baitul maqdis (rumah suci), dan tidak lagi mengunakan khaimah.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, bangsa Yahudi mendirikan Sinagon-sinagon, yaitu mushalla-mushalla untuk tempat mengajarkan agama, dalam sembahyang mereka menghadapkan wajahnya kebaitul maaddas di palistina, sebagai kiblat mereka, dan yang di di tunjuk selamanya menjadi imam yaitu keturunan Lewi.[5]
2.      Puasa
Ada beberapa jenis puasa yang mereka lakukan, seperti puasa untuk penganti kejadian-kejadian bersejarah yang mereka sebut “puasa kecil” ada juga puasa “Sembilan hari” atau puasa berduka cita, tidak boleh minum anggur dan makan daging, “puasa tiga minggu” yang di dalam waktu itu tidak boleh melaksanakan pesta perkawinan. Tujuan pesta  yaitu untuk menghapuskan dosa dan mensucikan diri, di sampiung untuk menyatakan rasa keprihatinan atau duka cita. Waktu puasa mereka mulai dengan menyingsing sampai kelihatan tiga buah bintang pada senja hari.[6]
Di buku lain mengatakan bahwa Penganut yahudi di wajibkan berpuasa pada hari ke sepuluh setiap bulan ketujuh, disamping itu puasa di lakukan secara suka rela, dan di lakukan biasanya pada waktu-waktu menbisa musiabah atau bendapata.[7]
Puasa dalam agama Yahudi
Ada dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang bisa dilihat di langit. Puasa ini yaitu wajib. Penganut yang menjalankan puasa utama ini tidak bisa makan, minum, menggosok gigi, menyisir rambut, atau mandi. Puasa kecil berbeda dalam lama waktunya dari puasa utama. Tidak boleh makan atau minum dari subuh sampai malam.[8]
Penganut Yudaisme yang ketat mengamati secara ketat setiap hari puasa. Yahudi yang lain mungkin melakukan cara yang dimodifikasi dari puasa. Hal ini dapat tidak makan tetapi boleh minum, berpuasa tetapi tidak boleh mandi, atau tidak mengamati beberapa hari berpuasa sama sekali.
Apa Tujuan Puasa dalam agama Yahudi?
Yom Kippur yaitu Hari Pendamaian (Imamat 23:27-28). Sebagai salah satu hari paling penting dari puasa tahun Yahudi, bersama dengan doa, dilakukan sebagai sarana pertobatan. Hal ini sesuai dengan gagasan melakukan penebusan untuk setiap dosa yang dilakukan selama setahun dan memulihkan jiwa sesePenganut kembali ke keadaan utuh.
Sebagian besar hari-hari puasa yang lainnya berfokus pada hari berkabung dan peringatan untuk mengingat peristiwa sejarah penting. Pada tanggal 10 bulan Tebet Penganut-Penganut Yahudi berpuasa untuk mengenang pengepungan Yerusalem (597 SM) oleh Nebukadnezar raja Babel (Babylonia)(Nebukadnezar dapat kita jumpai di 2 Raja-raja,1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel). Enam bulan menjelang pengepungan Yerusalem pelanggaran pertama dibuat di dinding kota. Peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa tragis lainnya yang terjadi sekitar waktu ini dikenang dalam puasa pada tanggal 17 bulan Tammuz. Kota Yerusalem itu akhirnya jatuh ke tangan Babel. Raja Yahudi Yoyakhin ditawan dan dibawa ke Babel beserta dengan banyak dari rakyatnya.[9]
Sebelas tahun kemudian paman Nebukadnezar memberontak terhadap keponakannya. Nebukadnezar kembali mengepung kota itu selama enam belas bulan (587-586 SM). Kekalahan kedua oleh Babel ini pada tahun 586 SM diikuti oleh kehancuran Bait Allah dan kota itu. Peristiwa ini diperingati oleh puasa pada tanggal 9 bulan Av (Tisha B'Av). Secara kebetulan Bait Allah Kedua, yang dibangun kembali setelah kembalinya bangsa Yahudi dari Babel, dihancurkan oleh Romawi pada hari yang sama pada tahun 70 Masehi. Dengan demikian penghancuran Babel atas Bait Allah Pertama dan penghancuran Romawi atas Bait Allah Kedua menjadi saat mengheningkan cipta, berkabung pada hari puasa yang sama.
Puasa Kecil
Ada empat puasa kecil dalam kalender Yahudi. Ini yaitu puasa yang dilembagakan oleh Penganut Bijak untuk memperingati tragedi nasional. Puasa kecil (yaitu, semua puasa kecuali puasa Yom Kippur dan Tisha B'Av) terakhir dari fajar sampai malam, dan yang berpuasa diizinkan untuk sarapan jika ia bangun sebelum matahari terbit untuk tujuan melakukannya. Ada banyak kelonggaran dalam puasa kecil bagi Penganut-Penganut yang memiliki kondisi medis tertentu atau kesulitan puasa lainnya. Tanggal puasa dipindahkan ke hari Minggu jika tanggal yang ditentukan jatuh pada hari Sabat.